Blangkon adalah tutup kepala yang dibuat dari batik dan digunakan oleh kaum pria sebagai bagian dari pakaian tradisional Jawa. Menurut wujudnya, blangkon dibagi
menjadi 4 : Blangkon Ngayogyakarta, blangkon Surakarta, blangkon Kedu, dan
blangkon Banyumasan. Untuk beberapa tipe blangkon ada yang
menggunakan tonjolan pada
bagian belakang blangkon. Tonjolan ini
menandakan model rambut pria masa itu yang sering mengikat rambut panjang mereka di bagian belakang kepala.
Sebutan Blangkon berasal dari kata blangko, istilah yang dipakai masyarakat Jawa untuk mengatakan sesuatu yang siap pakai. Dulunya blangkon tidak berbentuk bulat dan siap pakai, melainkan sama seperti ikat kepala lainnya yakni melalui proses pengikatan yang cukup rumit. Seiring berjalannya waktu, maka tercipta inovasi untuk membuat ikat kepala siap pakai yang selanjutnya dijuluki sebagai blangkon.
Blangkon
sebenarnya bentuk praktis dari iket yang merupakan tutup
kepala yang dibuat dari batik dan digunakan oleh kaum pria sebagai bagian dari
pakaian tradisional Jawa. Untuk beberapa tipe blangkon ada yang menggunakan tonjolan
pada bagian belakang blangkon yang disebut mondholan. Mondholan ini
menandakan model rambut pria masa itu yang sering mengikat rambut panjang
mereka di bagian belakang kepala, sehingga bagian tersebut
tersembul di bagian belakang blangkon. Lilitan rambut itu
harus kencang supaya tidak mudah lepas.
Sekarang
lilitan rambut panjang yang menjadi mondholan sudah
dimodifikasi karena orang sekarang kebanyakan berambut pendek dengan
membuat mondholan yang dijahit langsung pada bagian belakang
blangkon. Blangkon Surakarta mondholannya trepes atau gepeng sedang mondholan
gaya Yogyakarta berbentuk bulat seperti onde-onde.
No comments:
Post a Comment