Sugeng Rawuh Selamat Datang
Java Ombus (Omah Busana Jawa) adalah
Spesialis Pengrajin Home Industri Busana Jawa sekaligus Toko offline dan
online. Kami spesialis pengadaan perlengkapan Busana Jawa mulai dari Blangkon,
Surjan, kebaya, Beskap, Jarik, Keris, Sabuk Jawa, Selop dan Acessoris lainnya.
Java Ombus mempunyai tujuan dan tekat yang
kuat untuk melestarikan kebudayaan jawa khususnya BUSANA TRADISIONAL
JAWA.
Berawal dari hobi dengan BUSANA JAWA, Java
Ombus mencoba untuk melestarikan dan mengembangkan home industri kecil yang
hampir punah karena keterbatasan marketing penjualan, bisa memproduksi tidak
bisa menjual. Nilai sejarah Busana Jawa yang sangat terkenal perlahan hampir
punah karena minimnya respon dari Pemerintah.
Alamat Toko/Rumah :
Jalan Pasar Ngipik - Pleret, Tegal
Cerme RT 08, Desa Baturetno, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
Ancer ancer :
Dari terminal Giwangan Jogja ambil arah
Solo lewat Jalan Lingkar Selatan, per4tan Kota gede kanan ambil arah Baturetno
kurang lebih 200 meter kiri jalan ada plang Java Ombus masuk 20 meter Gapuro
Batu Merah. (Gang sebelah barat Kantor Kec. Banguntapan masuk 20 m)
"MOHON HUBUNGI SALAH SATU CONTACT
AGAR TIDAK TERJADI DOUBLE ORDER"
Peta :
Sumber dari Google Maps
klik
BLANGKON
Blangkon adalah tutup kepala yang dibuat dari batik dan
digunakan oleh kaum pria sebagai bagian dari pakaian tradisional jawa.
Sebutan blangkon berasal dari kata
blangko, istilah yang dipakai masyarakat jawa untuk mengatakan sesuatu yang siap
pakai. Dulunya blangkon tidak berbentuk bulat dan siap pakai,melainkan sama
seperti ikat kepala lainnya yakni melalui proses pengikatan yang cukup
rumit. Seiring berjalannya waktu,maka tercipta inovasi untuk membuat ikat kepala
siap pakai yang selanjutnya dijuluki sebagai blangkon.
Blangkon sebenarnya bentuk praktis dari
iket yang merupakan tutup kepala yang dibuat dari batik dan digunakan oleh kaum
pria sebagai bagian dari pakaian tradisional jawa. Untuk beberapa tipe blangkon
ada yang menggunakan tonjolan pada bagian belakang blangkon yang disebut
mondholan. Mondholan ini menandakan model rambut pria masa itu yang sering
mengikat rambut panjang mereka dibagian belakang kepala. Sehingga bagian
tersebut tersembul dibagian belakang blangkon. Lilitan rambut itu harus kencang
supaya tidak mudah lepas.
Sekarang lilitan rambut panjang yang
menjadi mondholan sudah dimodifikasi karena orang sekarang kebanyakan berambut
pendek dengan membuat mondholan yang dijahit langsung pada bagian belakang
blangkon. Blangkon surakarta mondholannya trepes atau gepeng sedang mondholan
gaya yogyakarta berbentuk bulat seperti onde-onde.
BUSANA ADAT JAWA DAN MAKNANYA
Surjan bagi orang jawa merupakan salah satu model pakaian
adat yang penuh filosofis kehidupan. Surjan merupakan busana adat jawa atau
orang bilang busana kejawen penuh dengan piwulang sinandhi,kaya akan suatu
ajaran tersirat yang terkait dengan filosofi jawa (kejawen).
ajran dalam busana kejawen ini merupakan ajaran untuk
melakukan segala sesuatu di dunia ini secara harmoni yang berkaitan dengan
aktifitas sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan aktifitas sehari-hari, baik
dalam hubungannya dengan manusia,dengan diri sendiri, maupun dengan Tuhan Yang
Maha Kuasa pencipta segala sesuatu di muka bumi ini. Dan khusus untuk pakaian
adat pria ini kurang lebih terdiri dari blangkon,surjan/beskap,keris,kain jarik
(kain samping) ,sabuk sindur dan canela/camila/selop.
Penggunaan pakaian adat yang sekarang ini sudah jarang
dilakukan atau hanya sekedar dipakai pada saat ada hajatan saja,berakibat
pengetahuan tentang tata cara pemakaian pakaian adat menjadi semakin
minim. Terlebih lagi kebanyakan dari masyarakat sudah jarang yang memiliki
sendiri seperangkat pakaian adat.
Busan Jawa SURJAN Lurik
SURJAN adalah baju laki-laki khas jawa berkerah
tegak, berlengan panjang, terbuat dari bahan lurik atau cita berkembang. Kata
surjan merupakan bentuk tembung garba (gabungan dua kata atau lebih, diringkas
menjadi dua suku kata saja) yaitu dari kata suraksa-janma (mejadi manusia). Surjan
menurut salah satu makalah yang diterbitkan oleh Tepas Dwarapura keraton
Yogyakarta berasal dari istilah siro + jan yang berarti pelita atau yang
memberi terang.
Dikatakan (pakaian) surjan berasal dari
zaman mataram islam awal. Pakaian adat pria ini merupakan pakaian adat model
yogyakarta walaupun konon katanya surjan merupakan pakaian khas dari kerajaan
mataram sebelum terpecah menjdai dua,surakarta dan yogyakarta. Surjan awalnya
diciptakan oleh sunan Kalijaga yang diinspirasi oleh model pakaian pada waktu
itu dan selanjutnyandigunakan oleh mataram. Pakaian surjan dapat disebut pakaian
"takwa", karena itu didalam baju surjan terkandung makna-makna
filosofi,diantaranya:bagian leher baju surjan memiliki kancing 3 pasang (6 biji
kancing) yang kesemuanya itu menggambarkan rukun iman. Rukun iman tersebut adalah
iman kepada allah,iman kepada hari malaikat,iman kepada kitab-kitab,iman kepada
utusan Allah,iman kepada hari kiamat,iman kepada takdir. Selain itu surjan
juga memiliki dua buah kancing dibagian dada sebelah kiri dan kanan. Hal itu
adalah simbol dua kalimat syahadat yang berbunyi,Ashaduallaillahaillalah dan Waashaduanna Muhammad Rasulullah. Disamping itu surjan memiliki tiga buah
kancing didalam (bagian dada dekat perut) yang letaknya tertutup (tidak
kelihatan) dari luar yang menggambarkan tiga macam nafsu manusia yang harus
diredam/dikendalikan/ditutup. Nafsu-nafsu tersebut adalah nafsu
bahimah (hewani) , nafsu lauwamah (nafsu makan dan minum), dan nafsu syaitoniah (nafsu
setan). (K.R.T Jatiningrat,2008, rasukan takwa lan pranakan ing karaton Ngayogyakarta Hadiningrat Yogyakarta:tepas dwarapura Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat).
Jadi jenis pakaian atau baju ini bukan
sekadar untuk fashion dan menutupi anggota tubuh supaya tidak kedinginan dan
kepanasan serta untuk kepantasan saja,namun didalamnya memang terkandung makna
filosofi yang dalam.
Surjan sendiri terdapat dua jenis yaitu
surjan lurik dan surjan ontrokusuma,dikatakan surjan lurik karena bermotif
garis-garis,sedangkan surjan ontrokusuma karena bermotif bunga (kusuma) .jenis
dan motif kain yang digunakan untuk membuat surjan tersebut bukan kain polos
ataupun kain lurik buatan dalam negri saja,namun untuk surjan ontrokusuma
terbuat dari kain sutera bermotif hiasan berbagai macam bunga.
Surjan ontrokusuma hanya khusus sebagai
pakaian para bangsawan mataram,sedangkan pakaian seragam bagi aparat kerajaan
hingga prajurit,surjan seragamnya menggunakan bahan kain lurik dalam
negri,dengan motif lurik (garis-garis lurus) . Untuk membedakan jenjang jabatan/kedudukan
pemakainya,ditandai atau dibedakan dari besar kecilnya motif lurik,warna dasar
kain lurik dan warna-warni luriknya. Semakin besar luriknya berarti semakin
tinggi jabatannya,atau semakin kecil luriknya berarti semakin rendah
jabatannya. Demikian pula warna dasar kain dan warna-warni luriknya akan
menunjukan pangkat (derajat/martabat)sesuai gelar kebangsawananya.
Pemakaian surjan ini di kombinasikan
dengan tutup kepala atau blangkon dengan "mondholan"
dibelakangnya.Dahulu pada jaman kerajaan mondolan ini difungsikan untuk
menyimpan rambut pria yang panjang biar kelihatan rapi.
BESKAP
Beskap merupakan pakaian adat gaya surakarta, bentuknya
seperti jas didesain sendiri oleh orang belanda yang berasal dari kata
beschaafd yang berarti civilized atau berkebudayaan. Warna yang lazim dari
beskap biasanya hitam,walaupun warna lain seperti putih atau coklat juga tidak
jarang digunakan. Selain beskap ada lagi pakaian pria gaya surakarta ini yaitu
atela.perbedaan antara keduanya yang mudah dilihat dari pemasangan kancing
baju pada beskap. Kancing baju terpasang di kanan dan kiri,sementara pada
atela,kancing baju terpasang ditengah dari kerah leher ke bawah.
Beskap adalah sejenis kemeja pria resmi
dalam tradisi jawa mataraman untuk dikenakan pada acara-acara resmi atau
penting. Busana atasan ini diperkenalkan pada akhir abad ke-18 oleh kalangan
kerajaan-kerajaan di wilayah Vorstenlanden namun kemudian menyebar ke berbagai
wilayah pengaruh budayanya.
Beskap berbentuk kemeja tebal,tidak
berkerah lipat,biasanya berwarna gelap,namun hampir selalu polos. Bagian depan
berbentuk tidak simetris,dengan pola kancing menyamping (tidak tegak
lurus).Tergantung jenisnya terdapat perbedaan potongan pada bagian belakang
,untuk mengantisipasi keberadaan keris. Beskap selalu dikombinasi dengan
jarik (kain panjang yang dibebatkan untuk menutup kaki). Beskap memiliki beberapa
variasi yang berbeda potongannya. Berikut adalah jenis-jenis beskap:beskap gaya
solo,beskap gaya yogya,beskap landung dan beskap gaya kulon.
CARA MEMAKAI SURJAN ATAU BESKAP
Seperti telah disampaikan di atas bahwa
surjan atau beskap merupakan salah satu busana pria adat jawa yang bersumber
dari keraton mataram.Cara memakainya harus dilakukan dengan tatacara yang
memiliki kaidah etika dan estitika tertentu.Susunan Pakubuwono lV, Raja Surakarta telah mengingatkan kita dalam berpakaian ,yaitu: nyandhang panganggo
iku dadekna sarana hambangun manungso njobo njero,marmane pantesan
panganggonira,trpna traping panganggon,cundhukana marang kahananing
badanira,wujud lan wernane jumbuna kalawan dedeg pidegso miwah pakulitaniro.
(Berpakaian seharusnya dijadikan sarana untuk membangun
kepribadian manusia lahir dan bathin.maksudnya berpantaslah dalam berpakaian :
berpakaianlah sesuai tempat dan keadaan, cocokkan antara badan dengan pakaian
yang dikenakan ,antara situasi,warna dan model/corak pakaian ,tinggi
badan,berat badan dan warna kulit).
PERLENGKAPAN BUSANA SURJAN ATAU
BESKAP
- Nyamping/sinjang
-stagen
-sabuk
-epek lengkap timang dan lerep (anak timang)
-keris/duwung
-selop/canela
-blangkon/udheng/mit
KAIN JARIK
Jarik adalah kain panjang berwarna latar hitam dengan corak batik warna coklat dengan motif batik yang beraneka ragam. Kain sebagai khasanah batik tradisional indonesia seringkali disebut juga jarit. Pada masa lalu nyamping atau jarik yang digunakan biasanya berupa batik tulis,tetapi untuk saat ini rupanya tidak jarang pula dipergunakan batik cap. Jarik yang bercorak batik mempunyai maksud bahwa jarik batik adalah kostum yang dipakai para ksatria dalam tradisi budaya jawa (pakaian kejawen). Dengan memakai kostum berupa jarik ini diharapkan para pemain mempunyai jiwa ksatria dan berwibawa.
MEMAKAI SINJANG/NYAMPING
Nyamping atau sinjang sebelum dikenakan haruslah diwiru terlebih dahulu. Untuk nyamoing busana pria,lebar wiru berukuran 3 jari tangan.hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengenakan nyamping adalah motif batik pada kain nyamping diperhatikan dalam mengenakan nyamping adalah motif batik pada kain nyamping tersebut.Jika nyamping memiliki motif garuda,posisi kepala burung haruslah berada diatas. Ada juga motif yang memakai simbol/bentuk seperti candi atau rumah,maka posisi atap haruslah berada diatas. Saat mengenakan nyamping,posisi wiru berada ditengah tubuh memanjang ke bawah.tangan kanan memegang wiru dan tangan kiri memegang ujung kain satunya (biasa disebut pengasih). Pengasih ini di lilitkan ke kanan hingga belakang paha kanan.kemudian ujung wiru dililitkan ke arah kiri hingga pas ditengah tubuh.usahakan bagian bawah bawah tingginya sama dan cukup menutupi bagian kemiri kaki (bagian belakang kaki yang menonjol). Setelah dirasa cukup sesuai maka nyamping harus diikat oleh stagen.
MEMAKAI STAGEN
Stagen dililitkan dari arah kiri ke kanan mulai dari bawah
melingkar kearah atas. Jika stagen milik anda terlalu panjang,anda dapat
meneruskan melilitkan stagen kembali ke arah bawah. Jika sudah cukup,ujung
stagen ditekuk dan diselipkan pada bagian bawah lilitan stagen
tersebut.Selanjutnya untuk menutupi stagen,kenakanlah sabuk.
MEMAKAI SABUK
Cara memakai sabuk mirip dengan cara mengenakan stagen
yaitu dililitkan berulang kali pada bagia bawah dada hingga ke pinggang .hanya
saja sabuk dililitkan dari arah kanan ke kiri mulai dari atas ke arah
bawah.yang perlu diperhatikan pada pemakaian sabuk adalah jarak sap (garis atas
yang satu dengan berikutnya kurang lebih 2 jari tangan).Ujung dari sabuk harus
berakhir pada bagian kiri depan dan dapat dikunci dengan peniti.
MEMAKAI EPEK
Bentuk epek mirip dengan ikat
pinggang.epek memiliki bagian pengunci yang disebut timang dan bagian
lerep (anak timang) .Cara mengenakan epek yaitu timang berada pada posisi tengah
lurus dengan wiru nyamping. Sementara lerep pada posisi sebelah kiri. Jika
memiliki epek yang panjang maka bagian ujung dapat dilipat dan dimasukkan ke
bagian lerep. Epek harus terpasang pada lilitan sabuk bagian bawah.kira-kira 2
jari dari garis bawah sabuk.
warna sabuk dan epek ada beberapa macam
sesuai dengan keperluan,contohnya:
-sabuk warrna ungu dengan epek berwarna
hijau,artinya wreda ginaguh yang dapat membangun suasana tenteram.
-sabuk warna hijau atau biru dengan epek
berwarna merah artinya satriya mangsah yang dapat membangun jiwa terampil dan
berwibawa.
-sabuk berwarna sindur (merah bercampur
putih) digunakan pada saat hajatan penganten.warna ini dipakai bagi yang
memiliki hajatan (hamengku damel). Sementara untuk besan tidak ada aturan yang
pasti. Hanya saja pada saat jaman penjajahan jepang ,pernah ada paguyuban yang
menentukan warna sabuk pandhan binethot (warna hijau dan kuning) bagi besan.
MEMAKAI KERIS/DUWUNG
Keris atau duwung dikenakan pada bagian
belakang busana. Keris diselipkan pada sabuk,tepatnya pada sap ketiga dari
bagian bawah sabuk. Untuk jenis keris ada banyak sekali macamnya,hanya saja yang
banyak dikenal oleh awam jenis ladrang dan gayaman. Dhuwung ladrang adalah
keris resmi yang digunakan dalam upacara ataupun pahargyan (upacara
penganten) . Sementara jenis gayaman digunakan sehari-hari oleh prajurit keraton.
MEMAKAI SELOP/CANELA
Selop dikenakan sebagai alas kaki yang
perlu diperhatikan pada pemakaian selop adalah ukuran dari selop itu. Jangan
mengenakan selop yang lebih besar dari ukuran kaki tapi pilihlah selop yang
lebih kecil.ini bertujuan untuk menghindari agar langkah kita todak terbelit pada
kain nyamping.
MEMAKAI BLANGKON/UDENG/MID
Pada bagian depan blangkon terdapat segitiga. Ujung segitiga
tersebut harus berada ditengah-tengah kening. Blangkon jangan dikenakan terlalu
mendongak ataupun menunduk.
Ada satu hal yang perlu di ingat saat mengenakan busana
adat,yaitu bahwa sepintas orang dapat mengenali kepribadian seseorang dari
busananya baik warnanya maupun jenis busananya,cara memakainya dan bertingkah
laku saat mengenakannya.
No comments:
Post a Comment