SURJAN adalah baju laki-laki khas jawa
berkerah tegak,berlengan panjang,terbuat dari bahan lurik atau cita berkembang
kata surjan merupakan bentuk tembung garba (gabungan dua kata atau
lebih,diringkas menjadi dua suku kata saja) yaitu dari kata suraksa-janma
(mejadi manusia). Surjan menurut salah satu makalah yang diterbitkan oleh Tepas
Dwarapura keraton Yogyakarta berasal dari istilah siro + jan yang berarti
pelita atau yang memberi terang.
Dikatakan (pakaian) surjan berasal dari
zaman mataram islam awal. Pakaian adat pria ini merupakan pakaian adat model
yogyakarta walaupun konon katanya surjan merupakan pakaian khas dari kerajaan
mataram sebelum terpecah menjdai dua, Surakarta dan Yogyakarta. Surjan awalnya
diciptakan oleh sunan Kalijaga yang diinspirasi oleh model pakaian pada waktu
itu dan selanjutnya digunakan oleh mataram. Pakaian surjan dapat disebut
pakaian "takwa", karena itu didalam baju surjan terkandung
makna-makna filosofi,diantaranya:bagian leher baju surjan memiliki kancing 3
pasang (6 biji kancing) yang kesemuanya itu menggambarkan rukun iman. Rukun
iman tersebut adalah iman kepada Allah, iman kepada hari malaikat, iman kepada
kitab-kitab, iman kepada utusan Allah, iman kepada hari kiamat, iman kepada
takdir.
Selain itu surjan juga memiliki dua buah
kancing dibagian dada sebelah kiri dan kanan. Hal itu adalah simbol dua kalimat
syahadat yang berbunyi, Ashaduallaillahaillalah dan Waashaduanna Muhammad
Rasulullah. Disamping itu surjan memiliki tiga buah kancing didalam (bagian
dada dekat perut) yang letaknya tertutup (tidak kelihatan) dari luar yang
menggambarkan tiga macam nafsu manusia yang harus diredam/dikendalikan/ditutup.
Nafsu-nafsu tersebut adalah nafsu bahimah
(hewani) , nafsu lauwamah (nafsu makan dan minum) , dan nafsu syaitoniah (nafsu
setan). (K.R.T Jatiningrat,2008, rasukan takwa lan pranakan ing karaton
Ngayogyakarta Hadiningrat, Yogyakarta:tepas dwarapura karaton Ngayogyakarta
Hadiningrat).
Jadi jenis pakaian atau baju ini bukan
sekadar untuk fashion dan menutupi anggota tubuh supaya tidak kedinginan dan
kepanasan serta untuk kepantasan saja,namun didalamnya memang terkandung makna
filosofi yang dalam.
Surjan sendiri terdapat dua jenis yaitu
surjan lurik dan surjan ontrokusuma,dikatakan surjan lurik karena bermotif
garis-garis,sedangkan surjan ontrokusuma karena bermotif bunga (kusuma). Jenis
dan motif kain yang digunakan untuk membuat surjan tersebut bukan kain polos
ataupun kain lurik buatan dalam negri saja,namun untuk surjan ontrokusuma
terbuat dari kain sutera bermotif hiasan berbagai macam bunga.
Surjan ontrokusuma hanya khusus sebagai pakaian para bangsawan mataram,sedangkan pakaian seragam bagi aparat kerajaan hingga prajurit,surjan seragamnya menggunakan bahan kain lurik dalam negri,dengan motif lurik (garis-garis lurus). Untuk membedakan jenjang jabatan/kedudukan pemakainya,ditandai atau dibedakan dari besar kecilnya motif lurik,warna dasar kain lurik dan warna-warni luriknya. Semakin besar luriknya berarti semakin tinggi jabatannya,atau semakin kecil luriknya berarti semakin rendah jabatannya. Demikian pula warna dasar kain dan warna-warni luriknya akan menunjukan pangkat (derajat/martabat) sesuai gelar kebangsawananya.
Pemakaian surjan ini di kombinasikan
dengan tutup kepala atau blangkon dengan "mondholan" dibelakangnya.
Dahulu pada jaman kerajaan mondolan ini difungsikan untuk menyimpan rambut pria
yang panjang biar kelihatan rapi.